Rabu, 13 Mei 2009

IDENTITAS MUHAMMADIYAH
SEBAGAI PERGERAKAN DA’WAH UNTUK PENCERAHAN BANGSA


I. SEJARAH IDENTITAS MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan sejak tahun 1912 M kalau dihitung sampai saat ini sudah menjelang satu abad yang sudah barang tentu sudah mempunyai jati diri atau sering dikenal dengan identitas di dalam menggerakkan organisasinya untuk mencapai visi misi yang sudah dirumuskan. Kerja keras KH. Ahmad Dahlan mendapat pengakuan pemerintah RI sebagaimana tertera dalam Surat Keputusan Presiden No. 657 Tahun 1961 menetapkan KH. Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan Nasional, Dasar dan penetapan ini adalah :
1. Dengan Organisasi Muhammadiyah yang didirikannya telah memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan dan beramal bagi masyarakat dan umat dengan dasar iman dan islam.
2. Dengan Organisasi Muhammadiyah telah memelopori amal-amal sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangunan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam.
3. Dengan Organisasi Muhammadiyah bagian wanita telah memelopori kebangunan wanita bangsa Indonesia untuk mengecap pendidikan dan sosial.
Dari dasar dan penetapan seperti tersebut diatas itu sudah menunjukkan suatu jati diri atau identitas awal berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah sebagai tujuan atau visi misi Muhammadiyah dalam melakukan pergerakan da’wah. Terus kemudian selesainya Muktamar Muhammadiyah ke 44 di Jakarta yang antara lain telah menghasilkan keputusan penting berupa Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah yang dijadikan identitas bagi warga Muhammadiyah sebagai identitas kehidupan. Karena Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah dapat dijadikan acuan atau pedoman bagi perilaku dan tindakan bagi warga Muhammadiyah dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan nilai-nilai dan norma Islami jika nilai-nilai dan norma-norma Islami itu telah difahani dan dihayati secara mendalam maka dengan sendirinya akan berpengaruh pada pengamalan sehari-hari pada berbagai aspek dan level kehidupan bagi warga Muhammadiyah yang muaranya dapat menuju pada terbentuknya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya sebagaimana tujuan dari Persyarikatan Muhammadiyah yang sudah barang tentu akan dapat menjadikan Rahmatan Lilalamin rahmat bagi semesta alam, sebagai pencerahan bangsa.

II. HAKEKAT KONSEP IDENTITAS KEHIDUPAN ISLAMI WARGA MUHAMMADIYAH

A. Pemahaman

Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah adalah seperangkat nilai dan norma Islami yang bersumber pada Al Qur’an dan Sunnah untuk menjadi pola tingkah laku warga Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan sehari-hari sehingga tercermin kepribadian Islami menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah merupakan pedoman untuk menjalani kehidupan dalam lingkup pribadi, keluarga, bermasyarakatm berorganisasi, mengelola amal usaha, berbisnis, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan mengembangkan seni dan bucaya yang menunjukkan perilaku Uswah hasanah (Teladan yang baik).

B. Landasan dan Sumber
Landasan dan sumber Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah ialah Al Qur’an dan As Sunah Nabi yang merupakan pengembangan dan pengayaan dari pemikiran-pemikiran formal (baku) dalam Muhammadiyah seperti Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Matan Kepribadian Muhammadiyah, Khittah Perjuangan Muhammadiyah serta hasil-hasil keputusan Majlis Tarjih.

C. Kepentingan
Warga Muhammadiyah dewasa ini makin memerlukan pedoman kehidupan yang bersifat panduan dan pengayaan dalam menjalani berbagai kegiatan sehari-hari. Tuntutan itu didasarkan atas perkembangan situasi dan kondisi yang antara lain :
1. Perubahan-perubahan sosial politik dalam kehidupan nasional di era reformasi yang menumbuhkan dinamika tinggi dalam kehidupan umat dan bangsa serta mempengaruhi kehidupan Muhammadiyah, yang memerlukan pedoman bagi warga dan pimpinan Persyarikatan bagaimana menjalani kehidupan di tengah gelombang perubahan.
2. Perubahan-perubahan alam pikiran yang cenderung pragmatis, materialistis dan hedonistis (Berorientasi pada pemenuhan kesenangan duniawi) yang menumbuhkan budaya inderawi (kebudayaan duniawi yang sekular) dalam kehidupan modern pada abad ke 20 yang di sertai dengan gaya hidup modern memasuki era baru abad ke 21.
3. Penetrasi budaya (masuknya budaya asing secara meluas) dan multikulturalisme (kebudayaan masyarakat dunia yang majemuk dan serba melintasi) yang dibawa oleh globalisasi yang akan menjadi nyata dalam kehidupan bangsa.
4. Perubahan orientasi nilai dan sikap dalam ber-Muhammadiyah karena berbagai faktor (internal dan eksternal) yang memerlukan standar nilai dan norma yang jelas dari Muhammadiyah sendiri.

D. Sifat
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah memiliki beberapa sifat/kriteria diantaranya :
Mengandung hal-hal yang pokok/prinsip dan penting dalam bentuk acuan nilai dan norma.
Bersifat pengayaan dalam arti memberi banyak khazanah untuk membentuk keluhuran dan kemuliaan ruhani dan tindakan.
Aktual, yakni memiliki keterkaitan dengan tuntunan dan kepentingan kehidupan sehari-hari.
Memberikan arah bagi tindakan individu maupun kolektif yang berdifat keteladanan.
Ideal, yakni dapat menjadi panduan umum untuk kehidupan sehari-hari yang berdifat pokok dan utama.
Rabbani, artinya mengandung ajaran-ajaran dan pesan-pesan yang bersifat akhlaqi yang membuahkan kesalehan.
Tafsir, yakni panduan yang mudah difahami dan diamalkan oleh setiap muslim khususnya warga Muhammadiyah.

E. Tujuan
Terbentuknya prilaku individu dan kolektif seluruh anggota Muhammadiyah yang menunjukkan keteladanan yang baik (uswah hasanah) menuju terwujudnya Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

F. Kehidupan Islami Warga Muhammadiyah
1. Dalam Aqidah
· Setiap warga Muhammadiyah harus memiliki prinsip hidup dan kesadaran imani berupa tauhid kepada Allah SWT yang benar, ikhlas dan penuh ketundukkan sehingga terpancar sebagai Ibad ar-Rahman yang menjalani kehidupan dengan benar-benar menjadi mukmin, muslim, muttaqin dan muhsin yang paripurna dan wajib menjadikan iman dan tauhid sebagai sumber seluruh kegiatan hidup, tidak boleh mengingkari keimanan berdasarkan tauhid itu serta tetap menjauhi untuk menolak syirik, takhayul, bid’ah dan khurafat (TBC) yang menodai iman dan tauhid kepada Allah SWT.
2. Dalam Akhlak.
· Setiap warga Muhammadiyah dituntut untuk meneladani perilaku Nabi dalam mempraktekkan akhlak mulia, sehingga menjadi uswah hasanah yang diteladani oleh sesama berupa sifat sidiq, amanah, tabligh dan fathonah.
· Di dalam melakukan amal dan kegiatan hidup harus senantiasa didasarkan kepada niat yang ikhlas dalam wujud amal-amal shaleh dan ihsan serta menjauhkan diri dari perilaku riya’, sombong, ishaf, fasad, fahsya’ dan kemungkaran.
· Selalu dituntut untuk menunjukkan akhlak yang mulia (akhlakul karimah) sehingga disukai/diteladani dan mejauhkan diri dari akhlak yang tercela (akhlak Mazmumah) yang menyebabkan dibenci dan dijauhi sesama.
· Setiap warga Muhammadiyah dimanapun bekerja dan menuaikan tugas maupun dalam kehidupan sehari-hari harus benar-benar menjauhkan diri dari perbuatan korupsi, kolusi sert apraktik-praktik buruk lainnya yang merugikan hak-hak publik dan membawa kehancuran dalam kehidupan didunia.
3. Dalam Ibadah.
· Setiap warga Muhammadiyah dituntut untuk senantiasa membersihkan jiwa/hati kearah terbentuknya pribadi yang muttaqin dengan beribadah yang tekun dan menjauhkan diri dari jiwa/nafsu yangburuk, sehingga terpancar kepribadian yangsaleh yang menghadirkan kedaimaian dan kemanfaatan bagi diri dan sesamanya.
· Dianjurkan bagi warga Muhammadiyah dalam melaksanakan ibadah mahdah dengan sebaik-baiknya dan menghidup suburkan amal nawafi (ibadah sunnah) sesuai dengan tuntunan Rasulullah serta menghiasi diri dengan iman yang kokoh, ilmu yang luas dan amal saleh yang tulus sehingga tercermin dalam kepribadian dan tingkah laku yang terpuji.
4. Dalam Muamalah Duniawiyah
· Setiap warga Muhammadiyah harus selalu menyadari dirinya sebagai abdi dan khalifah di muka bumi, sehingga memandang dan menyikapi kehidupan dunia secara aktif dan poisitif serta tidak menjauhkan diri dari pergumulan kehidupan dengan landasan iman, islam dan ihsandalam arti berakhlak karimah.
· Senantiasa berfikir secara burhani, bayani dan irfani yang mencerminkan cara berfikir yang Islami yang dapat membuahkan karya-karya pemikiran maupun amaliah yang mencerminkan keterpaduan antara orientasi habluminallah dan habluminannas serta maslahat bagi kehidupan umat manusia.
· Setiap warga Muhammadiyah harus mempunyai etos kerja Islam, seperti : Kerja keras, disiplin, tidak menyia-nyiakanwaktu, berusaha secara maksimal/optimal untuk mencapai suatu tujuan.
Dengan mempunyai sikap pribadi yang baik bagi warga Muhamadiyah dalam hal Akidah, Akhlak, ibadah dan Muamalah Duniawiyah yang telah menjadikan landasan sebagai Pedoman Hidup Islami Warga Muhammmadiyah maka bukan berarti tidak mungkin kehidupan-kehidupan yang lain juga akan tercermin kebaikan dan kemulyaan, seperti halnya :
1. Kehidupan dalam keluarga
2. Kehidupan bermasyarakat
3. Kehidupan berorganisasi
4. Kehidupan dalam mengelola amal usaha Muahammadiyah
5. Kehidupan dalam mengembangkan profesi
6. Kehidupan dalam berbangsa dan bernegara
7. Kehidupan dalam melestarikan lingkungan
8. Kehidupan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
9. Kehidupan dalam seni dan budaya
10. dan kehidupan-kehidupan yang lain.
Apabila seluruh segi kehidupan itu sudah menunjukkan kepribadian Muhammadiyah yang berazaskan pada Al Qur’an dan As Sunnah maka secara otomatis tujuan kelembagaan secara persyarikatan juga terpenuhi, yang tidak lain adalah menunjukkan keteladanan yang baik (uswah hasanah) menuju terwujudnya Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dan menjadikan Rahmatan Lilalamin rahmat bagi semesta alam serta untuk pencerahan bangsa (Baldatun Toyyibatun Warobbun Ghofur).

III. PERAN DAN FUNGSI IDEOLOGI
Ideologi sebagai sistem paham yang menyeluruh mengenai dunia dan berusaha untuk mengubahnya melaui berbagai gerakan perjuangan sosial-politik adalah merupakan bagian yang terpisahkan dari sejarah hidup umat manusia. Dalam praktiknya, ideologi senantiasa hadir dan mempengaruhi alam pikiran umat manusia, lebih-lebih melaui gerakan-gerakan sosial-politik yang bebas sepenuhnya dari ideologi. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam baik dalam dimensi ajaran Islam sendiri maupun sejarah umat Islam yang dilaluinya, memiliki persentuhan dengan ideologi islam, kendati dalam sejumlah hal mungkin dapat menimbulkan pro dan kontra.
Sementara pandangan bahkan secara lebih tegas menyatakan, bahwa karena Muhammadiyah itu sebuah gerakan Islam yang memiliki umat dan paham kegamaan tertentu, maka tidak ada salahnya mengembangkan ideologi Muhammadiyah menurut Drs. H. Muhajir Effendi, M.AP. Sebab warga Muhammadiyah harus meyakini bahwa Muhammadiyah itu merupakan pilihan yang tepat dan benar dalam perjuangan Islam. Terlepas dari apapun bentuknya dan bagaimanapun tingkat kebenarannya, faktor ideologi akan mejadi inspirasi, motivasi dan justifikasi bagi suatu tindakan orang.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dengan paham keagamaan, alam pikiran dan sistem organisasi yang dimilikinya dalam kehidupan aktualnya senantiasa berhadapan dengan masalah, tantangan dan misi gerakan dalam berbagai bentuk baik yang bersifat ideologis, politik, ekonomi maupun sosial-budaya yang secara niscaya harus dihadapi secara kolektif dan kelembagaan. Pembahasan tentang Muhammadiyah dalam perspektif ideologi terlebih dulu perlu dipahami mengenai konsep dan perkembangan ideologi dalam konteks umum. Hal itu maksudkan agar terdapat pemahaman yang jelas mengenai berbagai macam ideologi, sehingga tidak terjebak pada kekeliruan memposisikan ideologi dalam konteks gerakan sosial-keagamaan seperti Muhammadiyah. Terus kemudian dengan membahas peran dan fungsi serta perkembangan ideologi, kiranya dapat diketahui bahwa ideologi merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat dan bangsa-bangsa sepanjang sejarahnya, dengan dinamika pasang surut yang mewarnainya dalam kehidupan umat manusia.
Muhammadiyah bukanlah ideologi sebagimana ideologi dalam pengertian sistem paham yang radikal, aku dan bercorak gerakan politik. Muhammadiyah kendati bukan ideologi, tetapi dalam perkembangan sejarah pemikiran maupun gerakannya sedikit banyak bersentuhan pula dengan konsep-konsep dan kepentingan ideologi, seperti halnya konsep Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah yang digagas dalam Muktamar ke 37 tahun 1968 di Yogyakarta bahkan disebut dan dimaksudkan sebagai “Ideologi Muhammadiyah”.
Karenanya, komitmen dan dimensi ideologi dari gerakan Muhammadiyah sebagai kekuatan Islam yang dapat diarahkan dalam tiga orientasi, yang antara lain :
Mengandung semangat, misi dan visi ideologis sebagai salah satu pilar dari aktualisasi ajaran Islam dengan tekanan pada pengembangan “Ideologi dakwah dan tajdid sebagimana jatidiri Muhammadiyahsebagai gerakan Islam yang bercorak pembaharuan.
Sebagai salah satu elemen perekat kesadaran dan solidaritas kolektif agar Muhammadiyah menjadi sistem gerakan yang benar-benar dapat memobilisasikan seluruh potensinya menuju pencapaian tujuan pembentukan Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Sebagai perekat identitas dan kekuatan kolektif dalam berhadapan dengan kekuatan-kekuatan yang mengancam misi dan kepentingan Islam yang tidak terhindarkan dalam percaturan kehidupan.

A. Muhammadiyah Sebagai Ideologi Gerakan Islam
Bagi Umat Islam, khususnya Muhammadiyah, ideology hanyalah salah satu aspek kehidupan yang jika ingin dikembangkan merupakan bagian dari pilar sistem muslim, yang tumbuh bersama pilar-pilar lainnya seperti akhlak, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Dibalik kelemahannya, ideologi sebenarnya memiliki fungsi dan kekuatan tertentu. Ideologi bagai para pengikutnya berfungsi sebagai perekat solidaritas kolektif, merasionalisasikan dan melegitimasikan tindakan, memproyeksikan masa depan dengan strategi dan teori yang dianut, memobilisasi massa dan pencapaian cita-cita berdasarkan paham yang dianut.
Dalam konteks Muhammadiyah ideologi dapat dipahami sebagai sistem pemikiran dan teori perjuangan untuk mengimplementasikan ajaran Islam dalam kehidupan umat menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya melalui sistem gerakan yang bernama Persyarikatan. Dalam Muhammadiyah ideologi dapat ditempatkan sebagai salahsatu dimensi dari sistem gerakan, bukan merupakan sistem paham tersendiri, sehingga lebih merupakan dimensi ideologis dalam sistem gerakan Muhammadiyah. Bahkan konsep organisasipun dalam Muhammadiyah semata-mata instrumen administratif dan birokrasi, tetapi mengandung muatan-muatan nilai dan norma Islami, sehingga lebih bercorak Organisasi Gerakan Islam.
Dalam konteks gerakan Islam, Muhammadiyah hingga batas tertentu juga dapat dikatakan sebagai ideologi gerakan islam karena faktor-faktor sebagai berikut :
Alam pikiran Muhammadiyah telah meluas dan diadopsi oleh masyarakat umum khusunya kalangan kaum muslimin, sehingga menjadi harakah (gerakan) tersendiri yang membedakan dengan gerakan lain.
Muhammadiyah telahmemiliki doktrin-doktrin gerakan sebagaimana tercantum dalam seluruh pemikiran formalnya seperti Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Khitah Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah.
Muhammadiyah selain merupakan alam pikiran juga telah tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang mapan sehingga menjadi sebuah sistem gerakan yang terorganisasi untuk mencapai cita-cita sosial yang diidam-idamkan.
Muhammadiyah telah dianut oleh sejumlah besar umat sehingga memiliki kader dan massa yang kohesif sebagai komponen gerakannya.
Muhammadiyah memiliki cita-cita sosial untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, yakni masyarakat utama yang diridhoi Allah SWT.
B. Muhammadiyah Sebagai Ideologi Tajdid
Dimensi ideologis dari Muhammadiyah selain memiliki persentuhan pada sistem ideologi ISlam sebagai komponen dari upaya membangun mesyarakat Islam, yang paling menonjol sebenarnya pada dimensi ideologi tajdid. Jadi, apabila ingin dikatakan sebagai ideologi, Muhammadiyah secara substansial atau misi kerisalahannya sebenarnya lebih tepat dikatakan menganut ideologi tajdid dalam Islam. Hal penting yang harus dipelihara ialah tumbuhya semangat tajdid yang tidak boleh padam, sebagaimana watak dasar kelahiran Muhammadiyah.semangat tajdid itu tentu terkait pula dengan upaya peneguhan, karena unat memang memerlukan dua hal penting itu. Umat maupub Islam sebagai agama memang senantiasa memiliki dimensi gerak untuk perubahan dan kepastian untuk bertindak.
Karena itu bagi Muhammadiyah, maka panggilan da’wah Islam yang kaffah dan aktual tersebut harus dilembagakan dalam sistem gerakannya, sehingga mampu mewujudkan “Khairu Ummah” sebagaimana yang dicita-citakan. Dalam konteks pencapaian gerakan semacam itulah maka pentingnya dimensi ideologis dalam gerakan Muhammadiyah, yang diproyeksikan dalam konteks mengemban misi da’wah Islam yang kaffah dan transformasional ditengah kehidupan modern yang sarat tantangan. Ideologi atau keyakinan hidup Muhammadiyah yang dirumuskan oleh Seksi Tajdid tersebut mencakup tiga aspek fundamental yaitu “pandangan hidup, tujuan hidup dn ajaran serta cara yang dipergunakan untuk melaksanakan pandnagan hidup dalam mencapai tujuan hidup tersebut”.

KESIMPULAN

Persyarikatan Muhammadiyah merupakan amanat umat yang didirikan dan dirintis oleh KH Ahmad Dahlan untuk kepentingan menjunjung tinggi dan menegakkan Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, karena itu menjadi tanggung jawab seluruh warga dan lebih-lebih pimpinan Muhammadiyah diberbagi tingkatan dan bagian untuk benar-benar menjadikan organisasi/persyarikakan ini sebagai gerakan dakwah Islam yang kuat dan unggul dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai landasan didalam melakukan gerakan da’wah organisasi/persyarikatan adalah Al Qur’an dan As Sunah Nabi serta AD dan ART organisasi.
Muhammadiyah sebagai gerakan yang memiliki ajaran Islam yang komprehensif, sistem organisai yang kuat dan luas (jama’ah, jami’ah dan imamah) dan pengaruh yang cukup besar di masyarakat, merupakan kekuatan ideologis yang diperhitungkan. Muhammadiyah secara tidak langsung telah tumbuh menjadi ideologi gerakan islam yang mapan di Indonesia. Dalam sejumlah hal Muhammadiyah bersifat ideologis, yakni sebagai sistem paham untuk mengubah kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakini dan difahami. Sejauh Muhammadiyah dengan sistem gerakannya itu tetap bersikap tajdid, berkualitas dan selalu berdakwah untuk melahirkan rahmatan lilalamin rahmat bagi semesta alam yang berdasarkan ajaran Islam yang bersumber pada Al Qur’an dan Sunah Nabi, maka keberadaannya akan tetap menjadi kekuatan ISlam yang bermakna bagi umat, masyarakat, bangsa dan duniakemanusiaan.
Hal yang paling penting dilakukan bahwa pemikiran ideologis atau aspek ideologi di tubuh Muhammadiyah tetap diposisikan secara wajar terutama sebagai bingkai pengukuh solidaritas kolektif dan kekuatan potensial untuk mengerakkan umat secara terorganisasi rapih dalam satu sistem perjuangan yang kokoh menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebar-benarnya sebagimana tujuan Muhammadiyah.

1 komentar:

  1. Ust. Yusuf, saya suka dengan tema-tema yang berhubungan dengan KeMuhammadiyahan. mohon kiranya ust. Yusuf bisa memberikan tentang materi-materi yang ada hubungannya dengan KMD. Trims ust. & Bravo

    BalasHapus